Rabu, 20 Oktober 2010

PENJELASAN QS ASH SHAFF 4

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS Ash Shaff 4)


Ketika kita membuka kembali ayat-ayat yang terukir indah dalam surat Ash Shaff ini, akan banyak sekali kandungan tentang manfaat serta konsep-konsep dalam berorganisasi, bekerja dalam sebuah barisan yang teratur dan kokoh. Salah satu surat Madaniyah ini mengupas secara rinci tentang konsep berjamaah di dalam Islam. Hal ini memang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW pada masa berdakwah di Madinah, saat surat ini diturunkan. Dimana, pengokohan organisasi dan kejamaahan adalah titik tekan dakwah Rasulullah SAW di Madinah, berbeda dengan titik tekan dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah yang fokus pada pengokohan aqidah dan ruhiyah ummat Islam masa itu. Dalam surat ini, terdapat lima konsep besar yang harus ada untuk mewujudakn organisasi yang kokoh.Yaitu,
kesesuaian konsep dan pelaksanaan dalam organisasi, soliditas tim, ketepatan mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan, konsep kesungguhan dalam bekerja dan berjuang, serta memiliki kader yang militan (kader yang solid).

Pertama, untuk mewujudkan organisasi yang kokoh diperlukan adanya kesesuaian konsep (perkataan) dan pelaksanaan (at tawafuq bainal qouli wal amal). Hal ini tercantum dalam ayat 1 - 3. Dijelaskan dalam ayat ini, bahwa seruan-seruan ini hanya ditujukan untuk orang-orang beriman dan tidak untuk semua orang. Artinya bahwa, sebagai orang beriman harus memahami dan melaksanakan hal tersebut. Selain itu, yang diseru di sini adalah orang-orang beriman bukan hanya satu orang beriman.dan di sinilah pesan konsep kejamaahannya (keorganisasiannya). Kesesuaian antara konsep (perkataan) dan pelaksanaan artinya tidak hanya lihai merumuskan ide yang tidak diiringi dengan amal nyata. Justru keduanya harus berjalan dengan sinergi antara konsep dan pelaksanaan. Organisasi itu harus mempunyai konsep cara bekerja. Bukan hanya sekedar mempunyai kemampuan bekerja tetapi juga menguasai cara bekerja. Penguasaan cara bekerja akan memudahkan bagaimana mencapai tujuan berkerja.

Kedua, dalam ayat keempat surat ini disebutkan bahwa Allah SWT menyukai mukmin yang berjuang dalam sebuah bangunan yang kokoh. Ciri dari bangunan yang kokoh adalah seluruh komponen di dalamnya saling menguatkan satu dengan yang lain. Dapat dirinci, bahwa soliditas organisasi memiliki tiga ciri, yaitu: masing-masing komponen didalamnya bisa menguatkan satu dengan yang lain, bersinergi dalam bekerja serta memiliki program yang jelas, termasuk pembagian pelaksanaan program (pembagian potensi dan pemanfaatan kemampuan). Dalam hal ini, diperlukan adanya ketepatan di dalam penempatan orang. Siapa yang harus jadi tiang, jendela, atap, dsb.

Ketiga, dalam ayat 5 - 9 dijelaskan tentang tantangan yang dihadapi oleh para nabi dan rasul. Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa perlunya untuk mengukur tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam kerja-kerja organisasi. Jika kita mengetahui ukuran tantangan itu, maka kita bisa membuat program yang bisa mengatasi tantangan tersebut. Kegagalan dalam mengukur tantangan yang akan dihadapi, akan mengakibatkan ketidakjelasan merumuskan tahap-tahap pelaksanaan amal sehingga bisa terjebak dalam suatu amal yang bersifat asal-asalan. Tantangan yang perlu diukur adalah semua tantangan baik dari dalam maupun luar organisasi. Pada ayat 9, dijelaskan bahwa visi kerosulan-lah yang bisa digunakan untuk mengeliminir tantangan-tantangan tersebut.

Keempat, dijelaskan bahwa untuk membangun sebuah organisasi yang kokoh diperlukan adanya sebuah konsep perjuangan organisasi. Dan sebuah konsep perjuangan itu hendaknya sebuah konsep yang mengandung motivasi sert makna optimisme yang jauh dari konsep perjuangan yang ‘menakutkan’ (tidak realistis dan membuat komponen di dalamnya ragu dapat melaksanakannya atau tidak). Hal ini dapat dilihat pada ayat 10 -13 surat ini, yang menjelaskan indahnya sebuah konsep berjuang besungguh-sungguh di jalan-Nya.

Kelima, dalam ayat 14 surat ini, dijelaskan bahwa keberhasilan suatu perjuangan dalam organisasi juga ditentukan dengan ada tidaknya kader-kader militan di dalamnya. Militan ini terkait dengan makna komitmen, konsistensi, keseimbangan (tawazunitas), ketaatan serta kecintaan. Karena memang amal yang baik dari seorang kader organisasi tidak akan bisa terwujud tanpa lima hal di atas. Dan dengan memiliki kader yang militan, amal-amal terbaik akan dihasilkan dalam organisasi.

Di dalam organisasi juga diperlukan adanya ruuh (semangat) organisasi. Dan ruuh organisasi ditentukan oleh sistem yang ada dalam organisasi, kualitas sang pemimpin, sejauh mana organisasa mempunyai semangat kompetisi dengan yang lain serta sejauh mana memadukan semangat dan ilmu yang dimiliki.

pemimpin panutan

Pemimpin panutan pasti akan menjadi penghuni jiwa dari setiap orang yang dipimpinnya. Pemimpin panutan tidak akan menjadikan organisasi sebagai birokrasi yang menyulitkan setiap orang, tapi dia akan membangun organisasinya menjadi sebuah komunitas yang memperjuangkan misi bersama. Pemimpin panutan akan memberikan semua perhatian dan cintanya untuk membangun jiwa dan raga setiap orang yang ada di dalam komunitasnya.

Membangun organisasi menjadi komunitas bukanlah cerita baru, tapi hal ini sudah banyak yang memperaktikkannya, dan hasilnya bisa menyatukan semua komponen manusia pendukungnya untuk seiring dalam perjuangan mencapai misi bersama.
Seorang pemimpin adalah koordinator yang menggerakkan orang - orang dari berbagai latar belakang dan kepentingan untuk menyatu dalam sebuah misi yang terarah secara jelas. Sebagai seorang pemimpin panutan diperlukan visi yang jelas dan sederhana agar bisa menggiring orang - orang ke dalam arah yang benar. Pemimpin harus dapat mengoptimalkan keunggulan dan keunikan setiap orang yang dipimpinnya tersebut, agar gairah dan antusias kerja dari
mereka semua bisa sesuai dengan sasaran yang direncanakan.
Gaya kepemimpinan kekeluargaan di dalam komunitas, akan bisa memandu setiap pribadi menjadi individu yang mengerti budaya kerja beretika tinggi. Organisasi sebagai komunitas, akan bisa mengurangi kompleksitas dan risiko beban kerja yang tidak terselesaikan, karena dalam komunitas setiap orang mengerti tanggung jawab, dan mengerti untuk bergerak secara profesional, tanpa perlu menunggu komando dari pimpinan. Dalam realitasnya organisasi sebagai
komunitas akan mengurangi campur tangan pemimpin yang berlebihan terhadap semua masalah. Orang - orang mengerti untuk melaksanakan fungsi dan peran kerja masing - masing secara terbuka dan bertanggung jawab, pemimpin cukup memberi keteladanan hidup yang bisa menciptakan rasa jujur, tanggung jawab, terbuka, adil, percaya diri kepada setiap orang yang dipimpinnya.
Membangun organisasi menjadi komunitas akan menciptakan kepercayaan diri dan keyakinan di hati setiap orang untuk selalu mendapatkan gambaran atas misi dan visi organisasi secara utuh sebelum bertindak lebih jauh. Dan, sang pemimpin bisa menjadi seorang motivator dan sekaligus sahabat terbaik bagi perkembangan semua orang ke arah yang lebih tinggi.
Ketika seorang pemimpin perusahaan sudah mampu melihat organisasinya sebagai sebuah komunitas, maka pemimpin perusahaan tersebut sudah mampu mendelegasikan lebih banyak kepercayaannya kepada para karyawan, dan selanjutnya sang pemimpin perusahaan bisa lebih berkosentrasi mencari peluang - peluang baru yang penuh tantangan. Karyawan yang dibimbing oleh semangat Komunitas biasanya akan menggunakan potensi optimal mereka untuk bekerja lebih efektif dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Seorang pemimpin panutan selalu menciptakan rasa aman dan mampu menjadi pengayom yang andal di dalam komunitasnya. Hal ini akan menjadikan orang - orang di dalam komunitas perusahaan, merasa dilindungi dan diperhatikan secara utuh dan penuh oleh sang pemimpin. Kalau para karyawan bergairah terhadap misi, visi, dan nilai, dan yakin bahwa mereka mampu menjalankannya secara maksimal, maka mereka pasti akan bekerja secara rajin dalam disiplin tinggi.
Pemimpin panutan yang efektif akan menjadikan komunitas sebagai sarana untuk menciptakan suatu lingkungan kerja dimana ada kesempatan yang luas untuk melahirkan pemimpin - pemimpin komunitas yang baru dan kreatif. Mereka menyumbangkan persepsi bersama terhadap visi dan misi perusahaan mereka untuk menjadi alat pemersatu mereka di dalam sebuah komunitas yang efektif dan berenergi. Mereka menyatu bersama para karyawan untuk berjuang keras menghasilkan kinerja terbaik. Mereka selalu terbuka untuk menerima gagasan - gagasan baru, keberanian untuk bertindak secara profesional, dan bekerja cerdas dengan motif positif untuk mencapai misi perusahaan secara empurna.
Komunitas merupakan sebuah titik awal dari kesadaran untuk menyatu demi sebuah misi bersama, dan kesadaran untuk
berpikir dan bertindak secara lebih profesional dalam kebebasan kreatifitas tingkat tinggi. Pemimpin panutan akan mampu menciptakan suatu rasa kebebasan, keikhlasan, kesabaran, kesukarelaan, kebersamaan, dan kepedulian. Mereka dapat lebih mudah melakukannya dalam organisasi yang dipraktikkan sepertisebuah komunitas kecil, yang mengutamakan komunikasi multi arah yang mengikat batin mereka semua dalam satu misi bersama.
Komunitas akan mampu memperpendek semua jarak komunikasi di antara orang - orang yang ada didalamnya, dan pemimpin panutan yang efektif akan menjadikan komunitasnya sebagai sarana brainstorming yang efektif buat orang-orangnya dalam mencari solusi yang tepat.
Membangun organisasi menjadi komunitas diperlukan kecerdasan sang pemimpin panutan untuk mampu mendayagunakan semua semangat, motivasi, dan bakat dari orang - orang yang dipimpinnya di dalam komunitas tersebut, agar bisa berjuang dan bekerja secara tulus untuk misi yang mereka perjuangkan.

pemimpin panutan

Pemimpin panutan pasti akan menjadi penghuni jiwa dari setiap orang yang dipimpinnya. Pemimpin panutan tidak akan menjadikan organisasi sebagai birokrasi yang menyulitkan setiap orang, tapi dia akan membangun organisasinya menjadi sebuah komunitas yang memperjuangkan misi bersama. Pemimpin panutan akan memberikan semua perhatian dan cintanya untuk membangun jiwa dan raga setiap orang yang ada di dalam komunitasnya.

Membangun organisasi menjadi komunitas bukanlah cerita baru, tapi hal ini sudah banyak yang memperaktikkannya, dan hasilnya bisa menyatukan semua komponen manusia pendukungnya untuk seiring dalam perjuangan mencapai misi bersama.
Seorang pemimpin adalah koordinator yang menggerakkan orang - orang dari berbagai latar belakang dan kepentingan untuk menyatu dalam sebuah misi yang terarah secara jelas. Sebagai seorang pemimpin panutan diperlukan visi yang jelas dan sederhana agar bisa menggiring orang - orang ke dalam arah yang benar. Pemimpin harus dapat mengoptimalkan keunggulan dan keunikan setiap orang yang dipimpinnya tersebut, agar gairah dan antusias kerja dari
mereka semua bisa sesuai dengan sasaran yang direncanakan.
Gaya kepemimpinan kekeluargaan di dalam komunitas, akan bisa memandu setiap pribadi menjadi individu yang mengerti budaya kerja beretika tinggi. Organisasi sebagai komunitas, akan bisa mengurangi kompleksitas dan risiko beban kerja yang tidak terselesaikan, karena dalam komunitas setiap orang mengerti tanggung jawab, dan mengerti untuk bergerak secara profesional, tanpa perlu menunggu komando dari pimpinan. Dalam realitasnya organisasi sebagai
komunitas akan mengurangi campur tangan pemimpin yang berlebihan terhadap semua masalah. Orang - orang mengerti untuk melaksanakan fungsi dan peran kerja masing - masing secara terbuka dan bertanggung jawab, pemimpin cukup memberi keteladanan hidup yang bisa menciptakan rasa jujur, tanggung jawab, terbuka, adil, percaya diri kepada setiap orang yang dipimpinnya.
Membangun organisasi menjadi komunitas akan menciptakan kepercayaan diri dan keyakinan di hati setiap orang untuk selalu mendapatkan gambaran atas misi dan visi organisasi secara utuh sebelum bertindak lebih jauh. Dan, sang pemimpin bisa menjadi seorang motivator dan sekaligus sahabat terbaik bagi perkembangan semua orang ke arah yang lebih tinggi.
Ketika seorang pemimpin perusahaan sudah mampu melihat organisasinya sebagai sebuah komunitas, maka pemimpin perusahaan tersebut sudah mampu mendelegasikan lebih banyak kepercayaannya kepada para karyawan, dan selanjutnya sang pemimpin perusahaan bisa lebih berkosentrasi mencari peluang - peluang baru yang penuh tantangan. Karyawan yang dibimbing oleh semangat Komunitas biasanya akan menggunakan potensi optimal mereka untuk bekerja lebih efektif dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Seorang pemimpin panutan selalu menciptakan rasa aman dan mampu menjadi pengayom yang andal di dalam komunitasnya. Hal ini akan menjadikan orang - orang di dalam komunitas perusahaan, merasa dilindungi dan diperhatikan secara utuh dan penuh oleh sang pemimpin. Kalau para karyawan bergairah terhadap misi, visi, dan nilai, dan yakin bahwa mereka mampu menjalankannya secara maksimal, maka mereka pasti akan bekerja secara rajin dalam disiplin tinggi.
Pemimpin panutan yang efektif akan menjadikan komunitas sebagai sarana untuk menciptakan suatu lingkungan kerja dimana ada kesempatan yang luas untuk melahirkan pemimpin - pemimpin komunitas yang baru dan kreatif. Mereka menyumbangkan persepsi bersama terhadap visi dan misi perusahaan mereka untuk menjadi alat pemersatu mereka di dalam sebuah komunitas yang efektif dan berenergi. Mereka menyatu bersama para karyawan untuk berjuang keras menghasilkan kinerja terbaik. Mereka selalu terbuka untuk menerima gagasan - gagasan baru, keberanian untuk bertindak secara profesional, dan bekerja cerdas dengan motif positif untuk mencapai misi perusahaan secara empurna.
Komunitas merupakan sebuah titik awal dari kesadaran untuk menyatu demi sebuah misi bersama, dan kesadaran untuk
berpikir dan bertindak secara lebih profesional dalam kebebasan kreatifitas tingkat tinggi. Pemimpin panutan akan mampu menciptakan suatu rasa kebebasan, keikhlasan, kesabaran, kesukarelaan, kebersamaan, dan kepedulian. Mereka dapat lebih mudah melakukannya dalam organisasi yang dipraktikkan sepertisebuah komunitas kecil, yang mengutamakan komunikasi multi arah yang mengikat batin mereka semua dalam satu misi bersama.
Komunitas akan mampu memperpendek semua jarak komunikasi di antara orang - orang yang ada didalamnya, dan pemimpin panutan yang efektif akan menjadikan komunitasnya sebagai sarana brainstorming yang efektif buat orang-orangnya dalam mencari solusi yang tepat.
Membangun organisasi menjadi komunitas diperlukan kecerdasan sang pemimpin panutan untuk mampu mendayagunakan semua semangat, motivasi, dan bakat dari orang - orang yang dipimpinnya di dalam komunitas tersebut, agar bisa berjuang dan bekerja secara tulus untuk misi yang mereka perjuangkan.